Catatan Perjalanan (1) : Krakatau

Written by Jannatul Firdaus Author at GNFI
Share this
0 shares
Comments
3 replies

 Gunung Anak Krakatau, tumbuh 4 meter setiap tahun.

Berawal dari keinginan untuk melihat Indonesia secara utuh, suatu sore di pertengahan 2011 Saya terbesit untuk memulai langkah pertama. Niat kecil ini kemudian hinggap di telinga oleh salah satu sahabat Saya. Ia menyarankan agar Saya segera berangkat tanpa ragu, tanpa ada lagi yang harus ditunggu. Saya ingat betul ketika itu dia bilang : “Mulai dari sekarang atau tidak sama sekali untuk selamanya”. Merasa terpanggang mendengar kalimat itu, akhirnya Saya putuskan untuk berangkat. Langkah kaki kecil pertama saya sebagai pejalan akan segera diayunkan.

Bukan di barat bukan di timur, bukan pula di utara apalagi selatan. Krakatau, ya, nama yang legendaris sekaligus membuat bergidik ketika membayangkannya. Betapa tidak, kedahsyatan letusannya hampir 200 tahun yang lalu menjadi pergunjingan warga dunia. Tidak sampai seratus tahun, Anak Krakatau muncul dengan gagah dan angkuhnya di reruntuhan sang induk.

krakatoa2

 Semburat cahaya matahari pagi ketika perahu meninggalkan pulau jawa

Hanya dua jam dari Jakarta dan tiga jam mengarungi Selat Sunda, berdesir tubuh Saya ketika tiba dan melihat langsung wujud Anak Krakatau. Yang ada di kepala pada saat itu hanya gumaman kecil : “Hati Saya begetar, berdiri dan menginjakkan kaki pada sebuah legenda, legenda yang terlalu nyata dan akan terus hidup untuk kembali mengguncang dunia”

Menoleh pada masa lalu, waktu itu hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, terjadi ledakan pada gunung Krakatau. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

kk4

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.

Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Letusan itu juga menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.

kk5

Kemunculan pertama Anak Krakatau Tahun 1929

Saya kadang merasa sangat kecil ketika pelancong dari seluruh penjuru bumi bertanya apakah pernah berkunjung ke Krakatau. Seorang teman yang pernah mengikuti Festival Krakatau yang diadakan setiap tahun di bulan Agustus pernah berujar, kebanyakan dari pelancong yang ingin melihat Anak Krakatau berasal dari luar negeri. Mereka tak segan untuk menghabiskan uang, menempuh jarak ribuan mil, serta terombang-ambing di laut demi melihat salah satu kekuatan alam yang ada di negeri ini.

Saya pernah membuat catatan kecil di jurnal perjalanan Saya ketika beranjak meninggalkan Anak Krakatau menuju Pantai Carita Banten :

“nak… jika nanti pada suatu malam anakmu bertanya tentang legenda tahun 1883, beritahu, bahwa cerita itu bukan dongeng belaka. aku masih merasakan kedahsyatannya ketika mengunjunginya. mungkin lebih dari 100 tahun lalu ia pernah menggetarkan dunia, tapi kemarin ia menggetarkan rohaniku dengan sisa kekuatannya yang kini dikumpulkan kembali untuk ditunjukkan kepada anak cucumu kelak..”

krakatoa3

Saya berjanji akan datang lagi, walau hanya sekedar berkunjung atau untuk berkaca pada masa lalu. Krakatau telah memberi saya banyak pelajaran dan pengalaman. Tak perlu takut dan ragu melangkah, toh Indonesia adalah rumah kita juga. Di manapun kaki berpijak, Indonesia akan tetap selalu ramah dan indah. Dan sejujurnya, perjalanan ini menginspirasi Saya untuk akan terus melangkah, melihat Ibu Pertiwi seutuhnya. Yuk, keliling Indonesia!

 
2 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ
choiruul
choiruul

@GNFI itu runner up keuleuuuss

adinatawahyu
adinatawahyu

Di bahrain juara mas, di klasemen runner up

Kalau tim 3

Judul berita juara di bahrain

Gimana seeeh

Semangat Rio !