Mengenang Penemu Pondasi Cakar Ayam

Written by Akhyari Hananto Administrator at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Salah satu jenis pondasi yang familiar di telinga kita yaitu pondasi cakar ayam. Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang didukung oleh buis-buis beton bertulang yang dipasang vertikal dan disatukan secara monolit dengan plat beton pada jarak 200-250 cm. Tebal pelat beton berkisar antara 10-20 cm, sedang pipa-buis beton bertulang berdiameter 120 cm, tebal 8 cm dan panjang berkisar 150-250 cm. Buis-buis beton ini gunanya untuk pengaku pelat. Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis beton dan tanah yang terkurung di dalam pondasi bekerjasama, sehingga menciptakan suatu siatem komposit yang di dalam cara bekerjanya secara keseluruhan akan identik dengan pondasi rakit ralft foundation.

Pondasi cakar ayam ini merupakan salah satu jenis pondasi hasil karya anak bangsa Indonesia yaitu ditemukan oleh Prof Dr Ir Sedijatmo pada tahun 1961. Ketika itu Prof Dr Ir Sedijatmo sebagai pejabat PLN harus mendirikan 7 menara listrik tegangan tinggi di daerah rawa-rawa Ancol Jakarta. Dengan susah payah, 2 menara berhasil didirikan dengan sistem pondasi konvensional, sedangkan sisa yang 5 lagi masih terbengkelai. Menara ini untuk menyalurkan listrik dan pusat tenaga listrik di Tanjung Priok ke Gelanggang Olah Raga Senayan dimana akan diselenggarakan pesta olah raga Asian Games 1962.

Karena waktunya sangat mendesak, sedangkan sistem pondasi konvensional sangat sukar diterapkan di rawa-rawa tersebut, maka dicarilah sistem baru, Lahirlah ide Ir Sedijatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara meyakinkan.

Oleh Sedijatmo, hasil temuannya itu diberi nama sistem pondasi cakar ayam. Menara tersebut dapat diselesaikan tepat pada waktunya, dan tetap kokoh berdiri di daerah Ancol yang sekarang sudah menjadi kawasan industri. Bagi daerah yang bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung, tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainase dan sambungan kembang susut.

Sistem pondasi cakar ayam ini juga telah dikenal dibanyak negara, bahkan telah mendapat pengakuan paten internasional di 11 (sebelas) negara, yaitu : Indonesia, Jerman Timur, Inggris, Perancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Jerman Barat, Belanda dan Denmark.

Sedyatmo dilahirkan di desa Karangpandan, Jawa Tengah Ahad Kliwon tanggal 24 Oktober 1909 sebagai putra ketiga Raden Mas Panji Hatmo Hudoyo (cucu Mangkunegoro III-Surakarta) dengan R. Ayu. Sarsani Mangunkusumo. Sedyatmo memiliki nama kecil Raden Mas Sarwanto. Saat berusia beberapa bulan, ia sakit cukup lama yang membuatnya harus mengganti nama. Orang tuanya kemudian memberikan nama baru R.M Sedyatmo. Nama Sedyatmo diambil dari kata Sedia dan Atmo yang artinya sedia, sanggup atau mau dan Atmo yang artinya anak. Melalui nama baru ini, kedua orang tuanya mengharapkan Sedyatmo kelak menjadi anak yang baik dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negaranya. Sebuah do’a yang beberapa tahun kemudian terwujud nyata. 

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ