“The Violent Volcano” of Sumatera. Ayo Jelajahi!

Written by Akhyari Hananto Administrator at GNFI
Share this
0 shares
Comments
1 replies

By : Wira Nurmansyah

CUACA subuh yang cerah tetiba berubah menjadi mencekam. Angin berhembus kencang. Ombak menghantam badan kapal dengan kerasnya. “BYARRRRRRRKKKKK,” hentakan ombak tak mampu dibendung kapal kayu kami dan seketika air masuk ke dalam kapal membasahi kami semua.

Perjalanan masih satu jam ke pulau anak krakatau, dan saya masih terombang-ambing di tengah selat sunda, sambil berdoa dan sesekali mengeluarkan isi perut yang masih kosong.

Idealnya, perjalanan dari pulau sebesi ke anak krakatau hanya sekitar dua jam. Namun kenyataan tidak akan pernah ada yang ideal, alam selalu punya kejutan menanti.

Saat sampai di bibir pantai pulau Krakatau, mentari nampak tak menunjukan batang hidungnya. Langit abu kehitaman menyambut kami yang agak kesulitan turun dari kapal karena ombak yang agak besar di tepian.

Namun, puncak anak krakatau yang berdiri angkuh di atas sana, mengingatkan saya bahwa gelombang tadi pagi tidak ada apa-apanya dibandingkan gelombang laut saat krakatau meletus 130 tahun silam.

***

Mendung yang menggelayut menemani saya menggapai anak krakatau. Treknya berpasir, namun jelas tidak sesulit mahameru.

Tidak akan sampai membuat kepala menyentuh dengkul. Saya bahkan agak berlari agar bisa mendapatkan foto yang bebas dari photobomb turis-turis narsis.

Saya tak sanggup membayangkan apa yang terjadi ketika Krakatau meletus. Kekuatan ledakannya 13.000 kali lebih hebat daripada Little Boy, bom yang melumpuhkan kota Hiroshima.

Saking kerasnya ledakan, orang-orang di Afrika, 4635 km dari selat sunda bahkan bisa mendengarnya. Gempa bumi terjadi menyebabkan gelombang laut menjadi 40 meter, bahkan di Hawaii pun terjadi Tsunami. Korban jiwa diperkirakan mencapai 36.000 jiwa.

Dunia mengalami kegelapan selama dua hari. Krakatau mengubah dunia menjadi selimut debu vulkanik.

Sungguh saya tak sanggup membayangkannya. Ini gunung paling kejam sepanjang sejarah manusia setelah Tambora.Letusan gunung tambora di Sumbawa memang lebih dahsyat daripada Krakatau.

Tambora membuat satu tahun menjadi gelap dan korban 92.000 jiwa. Ada lagi yang lebih dahsyat, gunung Toba di zaman purba. Yang jauh lebih dahsyat daripada tambora sekalipun. Namun terjadi jauh sebelum banyak terdapat manusia. (corrected by mas Fadli in comment)

Sungguh manusia seperti kita hanya bagai butiran debu, tak akan mampu melawan kehendak-Nya.

Saya bergerak hingga sampai ke punggungan terakhir sebelum puncak krakatau. Pendakian singkat ini hanya boleh sampai disini. Puncak dilarang keras untuk didaki.

Asap vulkanik yang terus keluar dari puncak krakatau pun membuat saya tidak ingin menginjakan kaki disana.

Pendakian singkat menuju anak krakatau

Pendakian singkat menuju anak krakatau

Krakatau sebetulnya adalah cagar alam, tidak boleh didatangi kecuali keperluan penelitian. Namun, dari pihak cagar alam membolehkan para turis untuk masuk, tetapi harus ditemani ranger setempat.

Para ranger ini sangat ketat dalam hal kelestarian cagar alam, ia tidak segan memarahi para pengunjung yang meninggalkan sampah.

Setelah puas berfoto dengan latar belakang anak krakatau, kami hopping island di sekitar kepulauan krakatau. Saya cukup terkejut karena terumbu karang disini cukup sehat.

Namun, dengan banyaknya turis yang datang akhir-akhir ini dan kelakuannya yang tidak bertanggung jawab, saya tak tahu bagaimana keadaan terumbu karang ini beberapa tahun mendatang.

“Tahun 2000 anak-anak IPB datang kemari menanam terumbu karang. Banyak warga yang mencemooh, kenapa tak menanam pohon pisang yang jelas-jelas tumbuh subur di Lampung selatan ini? Baru terasa sekarang ketika banyak wisatawan yang tertarik datang kemari,” kata salah satu awak kapal kami.

***

Berfoto dengan latar belakang gunung Rakata, bekas letusan krakatau yang paling besar. Tapi telah non-aktif.

Berfoto dengan latar belakang gunung Rakata, bekas letusan krakatau yang paling besar. Tapi telah non-aktif.

Menjelang sore, kami kembali ke penginapan Pulau sebesi. Ditemani matahari tenggelam dan air laut yang sudah mulai bersahabat. Di kejauhan terlihat anak krakatau yang terus tumbuh 20 kaki per tahunnya. Tidak tahu kapan ia akan meniru jejak ibunya.

Kita harus terus waspada.

***

Foto-foto underwater sekitar krakatau. Thanks buat agan Endang buat foto bawah lautnya.

DSCN1745

Clownfish and blue anemon

Clownfish and blue anemon

DSCN3203DSCN3394

This is me free diving like a boss :D

This is me free diving like a boss 😀
Kalau yang ini saya yang foto.

Kalau yang ini saya yang foto.
Just under the boat, lagoon cabe.

Just under the boat, lagoon cabe.

wiranurmansyah.com

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ