Bara Perang Api di Pulau Dewata

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Jangan bermain-main api, agaknya pepatah itu tidak berlaku bagi warga Krama Desa adat Tuban, Kuta, Bali. Alih-alih menghindari api, mereka bahkan melakukan perang api. Warga di sana mengenalnya dengan mesiat geni yang berarti perang api.

Tentu saja, perang itu bukan berarti perang sesungguhnya yang dilakukan untuk memperebutkan wilayah kekuasaan dan melakukan dominasi satu kelompok kepada kelompok yang lain. Berlangsung di areal sisi timur Pura Dalem Desa Adat Tuban, perang itu sejatinya adalah bagian dari warisan budaya leluhur para warga di desa Adat Tuban tersebut.

Perang Api

Mesiat Geni (Foto: Rizal Fanany / Tribun Bali)

Menurut Bendesa Adat Tuban, Wayan Mendra, perang api tidak pernah absen digelar tiap tahunnya. Dia menyebut, tradisi turun-temurun ini sudah diwariskan dan dilakukan selama lima generasi.

“Perang api sudah masuk ke dalam tatwa, sastra, serta awig-awig desa adat. lima generasi kami melakukan masiat geni ini,” kata lelaki yang termasuk sebagai salah satu sesepuh desa adat tersebut.

Permainan perang api ini tiap tahunnya akan digelar pada purnama kapat sasih kapat atau purnama keempat di bulan keempat dalam kalender adat Bali. Jika dihitung menggunakan kalender masehi, biasanya akan jatuh pada bulan September atau Oktober.

Menurut lelaki 62 tahun itu, mereka yang mengikuti masiat geni adalah para teruna (pemuda) di desa adat. Karena begitu disakralkan, maka pemuda yang ikut bermain perang api juga harus dalam keadaan tidak sebelan atau harus dalam keadaan suci.

Sebelum perang, peserta terlebih dulu mengikuti persembahyangan dan meminta air suci (tirta). Meski menggunakan kata perang, namun suasana perang api ini cukup hangat. Tidak ada dendam apalagi sakit hati terhadap sesama peserta.

“Tujuan siat geni ini untuk menghilangkan leteh, membakar nafsu jahat yang ada dalam diri manusia. Karena permainan ini juga merupakan permainan bhutakala,” papar Mendra.

Perang api ini menjadi bagian dari prosesi leluhur untuk menolak bala dan mendatangkan keselamatan bagi warga Tuban. Dalam acara masiat geni ini, pemuda nantinya akan dibagi dalam dua kelompok kemudian saling lempar serabut kelapa yang sudah dibakar sehingga terlihat ada bara api.

Kedua kelompok kemudian saling lempar dan saling serbu dengan masing-masing serabut kelapa yang menyala. Itu membuat pemandnagan yang menarik, karena bara api berhamburan.

Anehnya, tak ada yang terluka di sini, karena semua sudah melakukan ritual khusus sebelumnya. Karena itu, jika tidak melakukan ritual khusus, jangan coba-coba ikut perang api, bisa-bisa rambut anda yang akan terbakar.

Menurut Mendra, perang api merupakan puncak dari prosesi upacara adat piodalan yang dilakukan desa adat setiap tahunnya. Namun, piodalan kali ini dianggap warga setempat dianggap lebih istimewa. Sebab, selain ada agenda perang api, juga digelar pengaturan guru piduka (permohonan maaf), serta pengangkatan mangku alit menjadi mangku gede Pura Dalem Tuban.

jpnn.com

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ