Perempuan Anak Petani Asal Timor Raih Penghargaan Goldmans Prize

Written by Bagus Ramadhan Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
1 replies

Indonesia memang negara yang dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa. Namun untuk menjaganya juga membutuhkan orang-orang yang luar biasa. Di sebelah barat Pulau Timor, di daerah Gunung Mutis misalnya. Terdapat area hutan yang lebat sehingga berfungsi sebagai hulu dari semua aliran sungai utama di Timor Barat. Warga pulau itu banyak memanfaatkanya untuk air minum dan irigasi. Tidak terkecuali suku pribumi, suku Molo.

Aleta Baun

Aleta Baun (Foto: Goldmansprize.org)

Suku Molo yang hidup dekat dengan alam, sangat bergantung dengan apa yang disediakan wilayah yang termasuk Cagar Alam Gunung mutis. Mereka mencari bahan-bahan makanan dan obat dari hutan liar. Tanahnya yang subur cocok untuk digunakan sebagai lahan bercocok tanam. Meski begitu mereka tetap memanfaatknya secara sederhana tanpa merusak dan membuka lahan secara masif. Penggunaan sumber alam untuk pewarnaan kain tenun tradisional sebagai identitas mereka pun tetap memperhatikan kelangsungan hutan, sesuatu yang sudah dilakukan secara turun temurun.

Tidak cukup sampai disitu, mereka juga menjalin hubungan spiritual yang dalam dengan lingkungan hidup yang mereka anggap sakral. Sedemikian dalamnya bahkan rakyat Timor sering dinamakan sesuai dengan tanah, air, batu, dan pohon, yang melambangkan daging, darah, tulang, dan rambut mereka. Untuk warga pribumi di pulau Timor, kerusakan lingkungan hidup berarti hilangnya jati diri mereka.

Aleta Baun, seorang warga pribumi Molo, lahir dalam keluarga petani. Perempuan yang dibesarkan oleh para wanita dan sesepuh desa karena ibunya meninggal dunia pada saat ia masih kecil. Mereka mengajarkannya untuk menghormati lingkungan hidup sebagai sumber jati diri rohani dan nafkah sehari-hari.

Sebagai seseorang yang hidupnya dibentuk oleh nilai-nilai tradisi para leluhur dan para petinggi suku, sudah sewajarnya bila kemudian Baun memangku peran pemimpin dalam komunitasnya. Dirinya berusaha menyebarkan pengetahuan tradisionalnya sehingga dirinya dipanggil dengan sebutan “Mama Aleta”.

Mama Aleta adalah salah satu anak bangsa Indonesia yang mendapatkan penghargaan Goldmans Environmental Prize atas jasanya dalam memperjuangkan kelestarian alam. Dirinya mengajak komunitas Molo untuk tidak menerima kehadiran perusahaan tambang yang akan merusak alam. Berawal hanya dengan tiga orang, dirinya berkeliling dari desa ke desa dengan berjalan kaki.

Tindakan Mama Aleta yang menghalang-halangi korporasi untuk mengeksplorasi alam menempatkannya menjadi musuh perusahaan. Intimidasi dan cara-cara kekerasan telah dicoba oleh perusahaan untuk melunakkan Mama Aleta, namun tidak berhasil. Bahkan sempat dilakukan percobaan pembuhunan, untungnya hal tersebut tidak berhasil. Malah semakin memperkuat resistensi para perempuan untuk melawan penambang.

Kaum perempuan memang secara adat bertanggung jawab untuk mencari makanan, zat pewarna, dan obat-obatan dari gunung. Itulah sebabnya, kampanye penolakan yang dipimpin Mama Aleta menjadi penting. Kaum perempuan melakukan protes di area penambangan, sedangkan kaum pria memberikan dukungan rumah tangga di dalam rumah dengan memasak, membersihkan rumah, dan menjaga anak-anak.

Perjuangan mereka akhirnya berhasil. Pada tahun 2010, perusahaan pertambangan yang mendapatkan tekanan dari masyarakat dan pemerintah akhirnya menghentikan penambangan di semua dari empat lokasi di wilayah Molo.

Sampai saat ini, Mama Aleta bersama komunitas-komunitas di wilayah Timor Barat melakukan pemetaan hutan tradisional. Ini merupakan upaya pencegahan dari upaya pertambangan serupa sekaligus memapankan hak-hak wilayah kaum pribumi serta melindungi tanah mereka dari berbagai ancaman dari pertanian komersial termasuk eksplorasi minyak dan gas. Dirinya juga memimpin usaha-usaha pengembangan ekonomi bagi warga desa melalui pertanian yang berkelanjutan serta usaha-usaha yang berbasis adat dan tradisi.

Melihat perjuangan dan usaha Aleta Baun, sudah sepantasnya bila upayanya dan para perempuan Mollo mendapatkan penghargaan sebagai Pahlawan Lingkungan dari The Goldmans Environmental Prize tahun 2013 yang lalu.

Goldmanprize.org

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ