Menjadi seniman lukis tampaknya sudah menjadi jalan hidupnya. Bila Kawan GNFI berkunjung ke rumah pria yang dikenal sebagai maestro gambar-gambar yang muncul di uang Rupiah ini,  akan terlihat sejumlah lukisan realis terpajang. Menggambar untuk mata uang tidaklah mudah. Membutuhkan teknik dan ketekunan mental yang tinggi. Salah satu seniman dengan kemampuan istimewa tersebut adalah Mujirun.

Pria asal Yogyakarta tersebut merupakan pensiunan pegawai perusahaan Percetakan Uang Republik Indonesia atau yang umum dikenal sebagai Peruri. Berbagai karya gambar Mujirun telah digunakan dalam mata uang kertas rupiah pada era 70an sampai akhir 90an. Mulai dari uang pecahan Rp 100 hingga Rp 50 ribu. 

Hal yang membuat karya gambar Mujirun istimewa adalah teknik menggambarnya yang dilakukan dengan mengukir, atau dikenal dengan teknik engraving dan pengukirnya disebut sebagai engraver. Teknik ini banyak digunakan untuk desain mata uang di seluruh dunia karena dianggap sebagai teknik gambar yang paling rumit dan sulit untuk dipalsukan. Engraving sendiri dilakukan dengan cara mencukil media logam dengan tingkat presisi dan akurasi yang sangat mendetail. Itulah sebabnya, tidak banyak seniman yang bisa melakukan engraving di Indonesia. 



"Karya pertama saya gambar pahlawan Teuku Umar pada pecahan Rp 5 ribu. Uang itu dikeluarkan BI (Bank Indonesia) tahun 1986," ujar pria yang tinggal di kompleks Peruri Ciledug, Tangerang itu.

Mujirun mengaku berkarir sebagai pegawai Peruri setelah ditawari untuk bekerja sebagai karyawan BUMN. Padahal dirinya tidak pernah memamerkan keahliannya, bahkan saat itu dirinya belum selesai sekolah. Pada saat itu, Mujirun disiapkan menjadi tenaga muda untuk mendampingi engraver senior di Peruri yang bernama Pak Sajirun.

"Saya tidak tahu dari mana orang itu tahu kalau saya bisa melukis. Padahal, saat itu saya belum selesai sekolah," ungkap lulusan Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Jogjakarta itu.
 

Iming-iming yang menggiurkan tersebut cukup menggoda Mujirun. Apalagi, saat itu mencari pekerjaan yang layak tidak mudah. Maka, begitu lulus SMSR, Mujirun menyanggupi tawaran tersebut. Dalam ingatannya, ketika itu Peruri menawarkan gaji Rp 50 ribu per bulan. Angka tersebut cukup besar untuk ukuran gaji pegawai pada era 1970-an.

 

"Saya terus terang langsung tergiur. Bayangkan, gaji pegawai negeri di kabupaten saja saat itu hanya Rp 18 ribu," terang pria kelahiran 26 November 1958 tersebut.
 
Sejak saat itu Mujirun hijrah ke ibu kota dan mulai bekerja. Namun ternyata Mujirun harus menjalani pendidikan seni lagi di luar negeri untuk meningkatkan kemampuannya. Saat itu dirinya dikirim ke Swiss dan Italia

untuk mempelajari teknik engraving pada uang kertas. 
 
"Saya tidak menyangka orang desa seperti saya bisa sekolah di luar negeri.

Belajar dari seniman-seniman engraver dunia," tutur Mujirun.
  
Uniknya, kesempatan Mujirun untuk mulai dipercaya menggambar di uang kertas baru datang setelah tiga tahun dirinya pulang dari Italia. Karya pertamanya saat itu adalah menggambar sosok pahlawan asal Aceh, Teuku Umar untuk uang kertas pecahan Rp 5 ribu.

Kepercayaan untuk menggambar di uang kertas ternyata memang harus melalui proses seleksi yang ketat. Sampai saat ini Peruri meminta lima engraver untuk menggamber manual dengan teknik pen drawing. Gambar-gambar tersebut kemudian diserahkan kepada pimpinan Bank Indonesia. Jika gambar tersebut disetujui, seniman yang membuat gambar tersebut baru dapat mengerjakannya dengan teknik engraving. 
 
Teknik engrave adalah teknik yang rumit, sebab teknik tersebut harus dilakukan di media pelat baja. Menggambarnya pun menggunakan pisau dengan teknik cukil. Sepintas mirip teknik mengukir. Namun, teknik engrave lebih sulit karena diaplikasikan di media yang kecil dengan skala satu banding satu.
 
"Bisa dibayangkan betapa rumitnya. Karena itu, kerjanya juga harus pakai kaca pembesar," ujar Mujirun.
 
Selain aspek kerumitan, proses menggambar uang juga sarat dengan alasan keamanan. Sehingga Mujirun tidak menjelaskan proses detailnya.

"Tidak etis kalau saya jelaskan detailnya karena bagaimanapun saya pernah bekerja untuk Peruri," terang bapak lima anak itu.


 

Salah satu karya Mujirun yang dianggap membanggakan adalah gambar uang seri "Pak Harto Mesem". Sebab, pembuatannya tidak hanya bersaing dengan engraver dari Peruri. Karyanya harus diadu dengan engraver dari luar negeri.
 

"Gambar sketsa wajah Pak Harto karya saya dan karya engraver dari

Australia terpilih untuk diserahkan ke Setneg (Sekretariat negara, Red) untuk dipilih salah satu," terangnya.

 
Tanpa diduga, pihak Istana Negara menjatuhkan pilihan pada karya Mujirun. Gambar "Pak Harto Mesem" itulah yang kemudian menghiasi uang Rp 50 ribu yang diterbitkan pada 1995. "Gambar itu yang paling mengesankan," tuturnya.

Selain karya itu, ada beberapa karya Mujirun lain yang cukup fenomenal. Di antaranya, gambar pahlawan Sisingamangaraja XII di uang Rp 1.000

(keluaran 1987), gambar rusa Cervus timorensis untuk uang Rp 500 (1988), gambar anak Gunung Krakatau untuk uang Rp 100 (1991). Lalu, gambar Gunung Kelimutu untuk uang Rp 5.000 (1991), Ki Hajar Dewantoro di uang kertas Rp 20 ribu (1998), paskibraka di uang Rp 50 ribu (1999), serta gambar Kapitan Pattimura Rp 1.000, gambar Pulau Maitara dan Tidore Rp 1.000, serta Tuanku Imam Bonjol Rp 5.000 (ketiganya keluaran 2001).

 
Mujirun jugalah yang membuat gambar pahlawan Oto Iskandar Di Nata pada uang Rp 20 ribu yang dikeluarkan pada 2004. Terakhir, sebelum pensiun, pria 55 tahun itu membuat gambar I Gusti Ngurah Rai untuk uang pecahan Rp 50 ribu keluaran 2009.

Selain memiliki peran penting di Indonesia, Mujirun juga pernah berkarya untuk negeri tetangga, Malaysia. Bahkan sempat ditawari gaji dan fasilitas yang mewah. 
 

"Selama di Peruri, alhamdulillah saya banyak mendapatkan kepercayaan. Saya juga pernah dikirim ke Malaysia menangani security printing untuk stamp hasil. Itu kalau di Indonesia, ya semacam meterai," terangnya.
 
"Saya masih ingat betul kalimat iming-imingnya. Katanya di sini (Malaysia) tukang batu saja istrinya bisa membeli kalung-kalung besar, apalagi yang punya kemampuan seperti saya," kenangnya.
 

Mujirun juga pernah dikirim ke Inggris pada 1992 atau dua tahun setelah dari Malaysia. Di Negeri Ratu Elizabeth itu, Mujirun ditugasi studi banding soal gambar uang. Terakhir, pada 2004, dia ditugasi ke Hungaria untuk belajar software engrave.
 
Mujirun menjelaskan, saat ini tidak semua gambar di mata uang kertas rupiah dikerjakan dengan teknik engrave manual. Ada beberapa gambar yang dikerjakan dengan aplikasi program komputer. Dia lalu menunjukkan perbedaan hasil engrave manual dengan computerized. Perbedaannya terletak pada kontur yang dihasilkan dari goresan-goresan garis pada kertas. Hal itu lebih tampak saat dilihat dengan kaca pembesar.

Karirnya di Peruri usai ketika Mujirun berusia 50 tahun atau pada tahun 2009, dirinya mengajukan pensiun diri dengan alasan ingin kembali ke rumah dan lebih banyak berkarya di sana.

Pria yang saat ini menjadi pelukis lepas tersebut tak tahu mengapa di

Indonesia tidak banyak seniman yang tertarik menekuni teknik engrave. Bahkan, Ibu Negara Ani Yudhoyono pernah menyarankan agar Mujirun terjun ke dunia akademik untuk mendidik calon-calon seniman engraver.
 

"Dalam pameran di Epicentrum, Jakarta, November 2012, Bu Ani meminta saya membuka sekolah engrave. Katanya sayang kalau tidak ada generasi baru yang bisa teknik menggambar itu," ungkapnya.

 
Mujirun mengaku siap membagikan ilmunya kepada generasi muda. Hanya, sejauh ini dia masih belum bisa mewujudkan gagasan itu karena keterbatasan modal dan fasilitas.

"Kalau ada yang membuka sekolah khusus engrave, saya siap membantu," tegas pria penggemar wayang tersebut.

sumber: JPNN
Featured Image: Beritadaerah.co.id

Advertisement Advertise your own
Ads Telkom Indonesia
1 Komentar
Tambahkan komentar dengan Akun GNFI / Facebook ...
READ NEXT
BACK TO TOP
Sumenep Dapat Dukungan Untuk Menjadi Smart City
Sumenep Dapat Dukungan Untuk Menjadi Smart City
Pemanfaatan teknologi untuk kemajuan daerah merupakan program yang diusung oleh pemerintah. Salah satu bentuknya adalah dengan membangun kota dengan konsep Smart City. Konsep Smart City belakangan ini memang menjadi populer karena sejalan dengan perkembangan penetrasi internet di masyarakat Indonesia yang informasi telah menjadi kebutuhan primer.  Kebutuhan masyarakat utamanya daerah yang mulai
Ternyata, Ada 5 kali Gerhana Tahun ini
Ternyata, Ada 5 kali Gerhana Tahun ini
Dunia sedang menantikan peristiwa alam besar yang oleh CNN masuk sebagai "yang paling dinantikan di 2016", yang salah satunya terjadi di Indonesia, yakni gerhana matahari total (GMT) yang akan terjadi 9 Maret 2016. Selain GMT Maret mendatang, ternyata akan ada peristiwa gerhana lain yang akan menyambangi Indonesia tahun ini.  Dari laman
Juara Satu, Kampus di Indonesia ini Dilirik Vodafone
Juara Satu, Kampus di Indonesia ini Dilirik Vodafone
Kembali, putera-puteri Indonesia mengukir prestasi di kancah global. Kini, mahasiswa-mahasiswi dan dosen Telkom University (Tel-U) menunjukkan kepiawaiannya menjadi salah satu yang terbaik dalam ajang bergengsi Global Mobile Innovators Tournament 2016 di Barcelona, Spanyol. Ajang ini diselenggarakan oleh IBM 4YFN (4 Years From Now), AT&T, KPN, Rogers Communications, and Vodafone di Fira
Bandung Bakal Punya Pasar Seni
Bandung Bakal Punya Pasar Seni
Ekonomi Kreatif dianggap sebagai basis ekonomi generasi selanjutnya yang dianggap memiliki sumber daya tidak terbatas dan akan terus hidup bila ekosistemnya telah terbangun. Menyadari hal tersebut beberapa kota di Indonesia mulai menggali potensi kreatifnya masing-masing dan mendukung setiap warganya untuk berkarya. Salah satu kota yang getol untuk mendukung para profesi kreatif
Enrekang Menjadi Lokasi Techno Park Sapi Raksasa
Enrekang Menjadi Lokasi Techno Park Sapi Raksasa
Peningkatan produksi komoditas pangan saat ini menjadi perhatian khusus oleh pemerintah. Melalui kegiatan riset dan pengembangan teknologi, diharapkan produksi pangan dapat unggul, meningkat secara kuantitas dan menekan inflasi.Salah satu komoditas yang diprioritaskan untuk menjadi produk unggulan tersebut adalah daging sapi dengan cara membangun pusat riset pengembangan bibit sapi unggul yang
Ubah Air Laut Jadi Air Tawar, Bisakah? Di Lamongan, Bisa
Ubah Air Laut Jadi Air Tawar, Bisakah? Di Lamongan, Bisa
Krisis air bersih yang melanda berbagai daerah di dunia telah membuat banyak peneliti kenamaan memfokuskan diri untuk menyelesaikan masalah tersebut. siapa sangka, solusi sederhana akan masalah ini mungkin telah ditemukan oleh dua pelajar muda dari suatu kota kecil di timur pulau Jawa, Indonesia?November lalu, dua pelajar SMA di SMAN 2